Pengeluh Mengeluh


"Duh... Dia itu orangnya nyebelin banget deh. Ga bisa jaga rahasia..."
"Kamu kok cuek sih sama aku?"
"Kamu kalau sudah nge-game pasti deh ga peka sama aku!"
    Mungkin penggalan-penggalan kalimat di atas sudah tidak asing lagi di telinga Anda sekalian. Atau mungkin tidak asing bagi mulut Anda untuk mengucapkannya?

     Hampir di setiap saat, ketika sesuatu yang datang tidak sesuai ekspektasi menimbulkan perasaan kesal dan akhirnya keluhan lah yang keluar dari mulut kita. Bagi Anda yang merasa memiliki sesuatu yang bersifat privasi dan rahasia, kemudian ketika Anda tahu privasi Anda tersebut perlahan-lahan tersebar, saya berani jamin Anda akan merasa kesal kemudian mulai mengeluh. Anda akan mengeluh kurang lebih seperti kutipan kalimat pertama di atas. Anda akan menganggap orang tersebut sebagai orang yang bermulut ember, tidak bisa menjaga rahasia, tukang gosip, atau sebutan apalah namanya.

    Anda boleh saja menyalahkan ia sebagai penyebab utama 'bocornya' privasi anda. Namun, sadarkah Anda bahwa Anda sendiri adalah penyebab awal terjadinya masalah tadi? Anda menganggap orang tersebut tidak bisa menjaga rahasia. Padahal Anda sendiri tidak bisa menjaga rahasia pribadi Anda sendiri. Jika saja dari awal Anda bisa menyimpan rahasia pribadi dalam hati dan tidak 'ember' menceritakannya pada orang tersebut, kasus seperti di atas tentu tidak akan terjadi. (Kecuali ada agen mata-mata seperti Film James Bond).

    Bagaimana dengan kutipan kalimat yang kedua dan yang ketiga? Hampir sama. Anda mungkin menganggap teman, sahabat, pacar atau siapapun itu yang Anda harap untuk bisa lebih care  terhadap diri anda sebagai pribadi yang nyebelin bin apatis. Sebaiknya Anda mulai introspeksi diri deh. Apakah selama ini Anda pernah berbuat demikian? Jika pernah, berlapang dadalah! Anda mendapatkan balasan yang setimpal, kan? Namun, bagaimana jika belum? Ini malah lebih bagus lagi. Dengan merasakan betapa kesalnya diabaikan, Anda sebaiknya mulai berfikir untuk tidak memperlakukan orang lain sedemikian rupa. Anda tahu sakitnya diabaikan, jadi sebaiknya hindari sikap yang bisa menyakitkan hati orang lain. Ini disebut ilmu Empati. Sebelum kita bertindak, sebaiknya kita berfikir dahulu, bagaimana efeknya nanti kepada orang lain? Dengan demikian Anda bisa terhindar dari mengabaikan maupun diabaikan.

      Jadi bagaimana solusi terbaiknya? Mudah saja! Ups, jangan senang dulu loh. Mudah disini maksudnya mudah untuk diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan. "Tersenyum dan Bersyukur." Hah? nggak salah tuh? Ya... mau tidak mau memang itu solusi terbaiknya. Dalam keadaan sesulit apapun kita sebaiknya menikmati penderitaan tersebut. Senyum itu ibadah kan? Dengan senyum dan besyukur saja kita bisa mendapatkan pahala double! Double? Memangnya sudah pernah ada yang hitung? Ya.. sudahlah. Anggap saja segitu. Segala perbuatan baik akan menghasilkan hasil yang baik juga kok! Ada yang bilang, "barangsiapa menanam, ia akan menuai." Jadi mulailah menanam kebaikan sekecil apapun itu!

      Masih mau mengeluh? Semoga Anda tidak mengeluh membaca coretan-coretan ini. Salam.

Oleh: Fransiskus Ignatio Podhi Javlo

4 komentar :

  1. asiikk..
    tersenyum dan bersyukur adalah obat yang mujarab untuk semua masalah..

    BalasHapus
  2. musti biasakan "no complain day" buat latian :)

    BalasHapus

Copyright © 2014 Simplicity .